/52/
PENGERTIAN,
FAKTOR PENYEBAB,
DAN AKIBAT YANG DITIMBULKAN KONTAK BAHASA
oleh
Rahmat Hidayat, S.Pd.
A.
Pengertian
Kontak Bahasa
Thomason
(2001: 1) menjelaskan bahwa kontak bahasa adalah peristiwa penggunaan lebih
dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Penggunaan bahasa ini tidak
menuntut penutur untuk berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan atau
multibahasawan, namun terjadinya komunikasi antara penutur dua bahasa yang
berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa. Sebagai
contoh, ketika dua kelompok wisatawan saling meminjamkan alat masak selama dua
atau tiga jam, mereka pasti akan berusaha untuk saling berkomunikasi satu sama
lain. Peristiwa komunikasi ini, meskipun mungkin dalam bentuk yang sangat
sederhana, sudah masuk dalam kategori kontak bahasa.
B.
Faktor
Penyebab Kontak Bahasa
Thomason
(2001: 17-21) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kontak bahasa dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu :
1. Adanya
dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tak berpenghuni kemudian mereka
bertemu di sana.
2. Perpindahan
satu kelompok ke wilayah kelompok lain.
3. Adanya
praktek pertukaran buruh secara paksa.
4. Adanya
hubungan budaya yang dekat antarsesama tetangga lama.
5. Adanya
pendidikan atau biasa disebut ‘kontak belajar’.
C. Akibat Kontak Bahasa
Kontak bahasa
berhubungan erat dengan terjalinnya kegiatan sosial dalam masyarakat terbuka
yang menerima kedatangan anggota dari satu atau lebih masyarakat lain. Thomason
(2001:157) mengatakan bahwa adanya lingua
franca menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Lebih jauh lagi, Thomason
menyatakan bahwa tiga hal akibat percampuran bahasa memunculkan bahasa pidgins, creol, dan bahasa bilingual campuran. Fenomena tersebut merupakan
fenomena yang saling terpisah, hanya saja untuk pidgin dan creol, dua hal
tersebut terjadi secara alami bersama-sama.
Thomason (2001: 158)
menyampaikan bahwa bahasa-bahasa yang mengalami kontak tidak harus selalu
menjadi lingua franca. Pidgin dan
kreol muncul dalam konteks dimana orang-orang dari latar belakang linguistik
yang berbeda perlu mengadakan pembicaraan secara teratur, inilah asal muasal lingua franca; sedangkan bahasa
bilingual campuran merupakan golongan bahasa tersendiri yang bukan merupakan
bahasa dari pergaulan luas.
Apa itu pidgin dan kreol?
Thomason
(2001:159) menjelaskan bahwa pidgin secara tradisional adalah bahasa yang
muncul dalam kontak situasi baru yang melibatkan lebih dari dua kelompok
kebahasaan. Kelompok-kelompok ini tidak memiliki satupun bahasa yang diketahui
secara luas diantara kelompok-kelompok yang saling terkontak. Mereka perlu
berkomunikasi secara teratur, namun untuk tujuan yang terbatas, misalnya
perdagangan. Dari beberapa kombinasi alasan ekonomi, sosial dan politik, mereka
tidak mempelajari bahasa yang digunakan oleh masing-masing kelompok, melainkan
hanya mengembangkan pidgin dengan kosakata yang secara khusus digambarkan
(meskipun tidak selalu) dari salah satu bahasa yang mengalami kontak. Tata bahasa
pidgin tidak berasal dari salah satu bahasa manapun, melainkan merupakan
sejenis kompromi persilangan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang terkontak,
dengan sedikit terpengaruh dari pembelajaran bahasa kedua, secara khusus
kemudahan belajar membantu menentukan struktur kebahasaan pidgin.
Pandangan-pandangan
mengenai pidgin di atas membawa beberapa implikasi, yaitu bahwa pidgin tidak memiliki penutur asli:
pidgin selalu digunakan sebagai bahasa kedua (atau ketiga, atau keempat,
atau...) dan secara khusus digunakan untuk tujuan terbatas bagi komunikasi
antarkelompok. Implikasi yang kedua, yaitu bahwa pidgin mempunyai lebih sedikit bahan atau materi linguistik
dibandingkan bahasa nonpidgin – lebih sedikit kata, serta tata bahasa dan
sumber gaya dalam sintak dan wacana yang terbatas.Contoh pidginisasi terjadi
pada kontak bahasa pada bahasa Bali, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris dalam
kawasan pariwisata di Bali.
Selanjutnya
creol, creol sangat kontras dengan pidgin, dimana creol mempunyaipenutur asli dalam komunitas ujaran. Seperti pidgin,
creol berkembang dalam kontak situasi
yang didalamnya melibatkan lebih dari dua bahasa. Creol secara khusus menggambarkan leksikonnya, namun tidak tata
bahasanya. Grammar creol sama seperti pidgin yang berasal
dari persilangan bahasa yang dikompromikan oleh kreator, seseorang yang mungkin
atau tidak mungkin memasukkan penutur asli dari bahasa lexfier. Pada kenyataan beberapa bahasa creol merupakan penutur asli pidgin.
Thomason
(2001: 198) juga menyebutkan bahwa akibat lain dari adanya kontak bahasa adalah
bahasa bilingual campuran (bilingual mixed languages). Pengistilahan ini merujuk pada fakta bahwa bahasa tersebut
diciptakan oleh dwibahasawan, hanya saja agak sedikit melenceng karena pada
dasarnya tidak ada batasan berapa jumlah bahasa yang bisa digabungkan untuk
membentuk bahasa bilingual campuran ini. Oleh sebab itu, tidak ada alasan
mengapa multibahasawan tidak dapat membentuk sebuah bahasa campuran dengan
menggambarkan pada tiga atau lebih bahasa yang mereka tuturkan, meskipun
Thomason juga mengatakan bahwa dia tidak tahu satupun bahasa campuran yang
stabil dimana semua komponennya tergambar dari lebih dari dua bahasa.
Chaer
dan Agustina (2010: 84) berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa kebahasaan yang
mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa adalah peristiwa bilingualisme, diglosia, alih kode, campur
kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa.
Berikutnya kita akan membahas satu-persatu peristiwa tersebut.
1.
Bilingualisme
Spolsky menyebutkan
bahwa bilingualisme ialah ketika seseorang telah menguasai bahasa pertama dan
bahasa keduanya (45:1998). Sedangkan, Chaer (2007:65-66) menyampaiakan beberapa
pendapat ahli sebagai berikut.
a. Blomfield
(1995) mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh
seseorang terhadap dua bahasa.
b. Weinrich
(1968) menyebutkan bahwa bilungual merupakan pemakaian dua bahasa oleh
seseorang secara bergantian; sedangkan
c. Haugen
(1966) mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang
lengkap dan bermakna dalam bahasa lain yang bukan termasuk bahasa ibunya.
Berdasarkan beberapa
definisi di atas, dengan demikian bilingualisme merupakan penguasaan seseorang
terhadap dua bahasa atau lebih (bukan
bahasa ibu) dengan sama baiknya. Bilingualisme terjadi pada penutur yang telah
menguasai B1 (bahasa pertama) kemudian ia juga mampu berkomunikasi dengan B2
(bahasa kedua) secara bergantian seperti yang terjadi di Montreal.
2.
Diglosia
Ferguson (melalui Chaer
dan Agustina, 2010: 92) menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan
suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup
berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Contoh dari bahasa
Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Madya, dan Kromo.
3.
Alih
kode
Alih kode merupakan
peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain, baik pada tataran antarbahasa,
antarvarian (baik regional atau sosial), antarregister, antarragam, dan
antargaya. Secara umum, alih kode adalah pergantian (peralihan) pemakaian dua
bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau beberapa gaya dari
satu ragam bahasa. Apple (1976:79, melalui Chaer dan Agustina, 2010: 107-108)
mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubah situasi. Berbeda dengan Apple yang menyatakan alihkode itu antarbahasa,
Hymes (1875:103, melalui Chaer dan Agustina, 2010: 107-108) menyatakan alih
kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antar
ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa. Sebagai contoh
alih kode, penutur A dan B sedang bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa
sunda kemudian datang C yang tidak mengerti bahasa sunda maka A dan B beralih
kode dalam bahasa Indonesia yang juga dimengerti oleh C.
4.
Campur
kode
Thelender (1976: 103,
melalui Chaer dan Agustina, 2010: 115) mencoba menjelaskan mengenai alih kode
dan campur kode. Bila dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu
klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah
alih kode. Akan tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan
masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode bukan alih
kode.
5.
Interferensi
Interferensi adalah
penyimpangan norma bahasa masing-masing yang terjadi di dalam tuturan
dwibahasawan (bilingualisme) sebagai akibat dari pengenalan lebih dari satu
bahasa dan kontak bahasa itu sendiri. Interferensi meliputi interferensi
fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis. Contoh interferensi fonologi pada
kata Bantul è
mBantul. Interferensi morfologi pada
kata terpukulè
kepukul. Hal ini terinterferensi bahasa Indonesia oleh
bahasa Jawa. Interferensi sintaksis pada kalimat di sini toko laris yang mahal sendiriètoko
laris adalah toko yang paling mahal di sini. Interferensi
leksikon pada kata kamanahèkemana
(bahasa Indonesia terinterferensi bahasa Sunda).
6.
Integrasi
Integrasi merupakan
bahasa dengan unsur-unsur pinjaman dari bahasa asing dipakai dan dianggap bukan
sebagai unsur pinjaman, biasanya unsur pinjaman diterima dan dipakai masyarakat
setelah terjadi penyesuaian tata bunyi atau tata kata dan melalui proses yang
cukup lama. Contoh police dari bahasa
Inggris yang telah diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata research juga telah diintegrasikan
menjadi riset.
7.
Konvergensi
Secara singkat Chaer
dan Agustina (2010: 130) menyatakan bahwa ketika sebuah kata sudah ada pada
tingkat integrasi, maka artinya kata serapan itu sudah disetujui dan converged into the new language. Karena
itu proses yang terjadi dalam integrasi ini lazim disebut dengan konvergensi.
Contoh berikut proses konvergensi bahasa indonesia dan sebelah kanan bentuk
aslinya.
Klonyoè
eau de cologne sirsakè zuursak
Sopir
è
chauffeur researchè
riset
8.
Pergesesan
bahasa.
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa
terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat
tutur lain (Chaer dan Agustina, 2010: 142). Kalau seorang atau sekelompok orang
penutur pindah ketempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan
mereka maka akan terjadi pergeseran bahasa.
Contoh pergeseran bahasa Jakarta baru-baru ini telah membuka lapangan
kerja bagi para lulusan SMK untuk ditempatkan pada pabrik di kawasan
jabodetabek. Kemudian para pemuda yang berasal dari SMK diseluruh Indonesia
berbondong untuk menjadi pekerja di pabrik tersebut. Para pemuda yang berasal
dari berbagai daerah tersebut pasti akan mengalami kontak bahasa. Ketika mereka
berbicara dengan penutur yang berasal dari daerah yang sama maka mereka
menggunakan bahasa daerah, namun ketika berbicara bukan dengan penutur yang
berasal dari daerah yang sama maka mereka menggunakan bahasa indonesia dialek
jakarta. Dengan adanya peritiwa ini maka pergeseran bahasa sangat mungkin
terjadi.
SUMBER
REFERENSI
Chaer,
Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Thomason.
G, Sarah.2001.Language Contact.
Edinburg: Edinburg University Press Ltd.