Senin, 09 Desember 2013

/68/


Ada banyak cara untuk berbuat positif. Salah satunya dengan memungut barang bekas dari rumah warga, ditampung, dan kemudian dijual. Hasil penjualannya untuk membiayai program kerja yang lain atau digunakan untuk mendukung kegiatan kemasyarakatan yang lain. Hasilnya lumayan, sekali penjualan 300-400rb. Memang tidak seberapa, mungkin akan memperoleh hasil yang lebih besar dan cepat jika menggunakan proposal dan keliling memohon uluran tangan. Akan tetapi, itu miskin edukasi dan kurang membentuk karakter yang tangguh.

"Ngrosok" kami pilih sebagai media edukasi. Ngrosok kami anggap sebagai edukasi paling sederhana bagi adik-adik remaja bahwa mencari uang itu tidak mudah dan perlu usaha. Dengan demikian, diharapkan adik-adik remaja sadar dan lebih bisa mengerti kondisi keuangan orang tua. Tidak lagi minta uang "sak dek, sak nyet". Selain itu, tentu banyak sisi positif yang lain seperti: menumbuhkan semangat gotong royong, kegiatan ngrosok sebagai media berkumpul dan menjalin kerukunan, serta memberikan kegiatan positif bagi adik-adik untuk menghindari kegiatan negatif.

NB: Mungkin kami bukan yg pertama melakukan ini, tetapi semoga dapat menginspirasi.
/67/

Anda tidak akan pernah merasa salah mengambil jurusan jika anda memahami hal ini. Bekerja dan sukses dengan menggunakan ijazah sarjana hanyalah salah satu jalan dari berbagai alternatif jalan menuju tujuan yang sama. Oleh karena itu, sudah sepantasnya anda juga berpikir alternatif seandainya ijazah gagal mengantarkan diri anda pada kesuksesan yang anda impikan. Masih ada alternatif lain, dan tidak ada salahnya anda mulai memikirkan hal tersebut sejak sekarang.
/66/
Pengalaman vs Pemikiran

Pada awalnya bapak menolak keputusanku untuk beternak ayam dalam skala besar. Bapak lebih memilih memelihara dalam skala kecil sekadar untuk memanfaatkan sisa rumah makan. Selain itu, bapak selalu "nyacat" terhadap apa yang aku lakukan. Bapak berpendapat dengan memaparkan segala resiko dan kesulitan yang potensial aku temui. Pada intinya bapak hampir sama sekali tidak mendukung. Hal itu pula yang membuatku hampir patah semangat. Sosok yang seharusnya menjadi motivasi utamaku ternyata jauh dari ekspektasi.

Aku merasa maklum dengan berbagai argumen bapak. Mungkin juga, bapak belum sadar bahwa aku sudah dewasa dan memiliki pemikiran yang mungkin bapak sendiri tak pernah memikirkannya. Akhirnya aku memilih mohon dukungan pada ibu dan pacar. Rupanya mereka memahami jalan pikiranku. Berbekal dukungan itu pula aku terus melaju.

Pada akhirnya setelah bapak menyadari bahwa aku serius dan upayaku untuk menetaskan telur berhasil. Bapak mulai mendukung. Bahkan, bapak mulai bisa memahami jalan pikiranku.

Bagi kalian, mungkin pengalamanku ini biasa saja. Namun, ada sedikit hal penting yang mungkin bisa kalian renungkan. Pertama, sebagai orang tua, ada baiknya selalu mendukung apa yang dilakukan anaknya ketika itu dalam jalur positif. Bukan malah "nyacat". Masalah hasil akhir dan kerugian finansial, itu perkara nanti. Banyak anak yg tersesat pada lajur negatif karena dia tidak punya media yang positif untuk menuangkan pemikirannya. Dan mungkin, ketika anda sebagai orang tua menyadari bahwa anak anda terjerat kegiatan negatif, ketika itu pula kerugian yang anda dapatkan lebih besar dibanding dengan modal awal yang anda berikan untuk memfasilitasi anak anda dalam jalur positif. Pada sisi ini, aku merasa bapakku gagal memerankan fungsinya dengan baik.

Kedua, ketika anda sudah merasa dewasa, merasa bahwa anda mampu bertanggung jawab penuh atas apa yang anda lakukan, maka lakukanlah. Tunjukkan dan buktikan! Tuhan mungkin akan maklum dan tidak akan menggolongkan perlawanan terhadap orang tua ini sebagai sebuah kedurhakaan.

/65/
Kali ini saya ingin berkomentar mengenai buruh yg menuntut gaji selangit. Seperti biasa, komentar saya sangatlah subjektif. Jadi jika anda mempunyai pendapat sendiri silakan, jangan dipermasalahkan.

Kadang aku heran dg tuntutan gaji yang diajukan oleh para buruh. Mereka menuntut mendapatkan gaji tinggi. Akan tetapi, mereka pantas tidak untuk digaji tinggi?

Logikanya begini,
1. Jika ingin mendapat gaji tinggi ya jgn jd buruh. Bekerjalah pd posisi yang lebih menjanjikan.
2. Dari sudut pandang perusahaan, daripada bayar gaji buruh yg hanya lulusan SMA/SMP mahal, mending sekalian memperkerjakan pegawai lulusan sarjana yang lebih kompeten dan berkualitas. Toh UMRnya beda tipis.
3. Seharusnya mereka jg berpikir, jika memang menjadi buruh belum bisa memenuhi kebutuhan, cobalah untuk banting stir ke pekerjaan alternatif yang lain atau dg mencari pekerjaan sampingan.

Pd prinsipnya, jk sudah merasa tidak puas dengan perusahaan tempat bekerja yang skrg ya keluar saja, cari pekerjaan lain yang dianggap bisa memenuhi harapan. Berani tidak? Bisa tidak?
/64/

Selamat malam, kali ini saya menyoroti sudut pandang warga desa menjelang pemilihan kepala desa.

Ketika para pemilik suara menjatuhkan hak pilihnya pada siapa yang memberi uang, rasanya itu menjadi hal yang wajar. Logikanya sederhana,
1. Pada umumnya mereka tidak mengenal semua calon.
2. Mereka yakin bahwa ketika calon terpilih, mereka akan dilupakan.
3. Calon yang tanpa politik uang pun belum tentu kelak bersih dalam memimpin.
4. Pendekatan dg menyampaikan visi misi tidak penting, karena mereka golongan tidak berpendidikan yang lebih mengerti arti uang dibanding dg arti janji.
5. Mereka seolah trauma dg janji dan tipu muslihat pemimpin terdahulu

Pada akhirnya, "oke! aku memilih anda, tapi apa yang anda dapat berikan pada kami?"

Dan lagi, hal itu menyiratkan bahwa demokrasi di negeri ini gagal. Gagal untuk menjalankan demokrasi yang ideal.
/63/

Kawan yg super, aku kini dalam kegelisahan ...

Singkat cerita, aku memelihara ayam. Namun ternyata, beberapa di antaranya mati. Aku pun tidak memiliki surat praktik sebagai peternak. Oleh karena itu, aku sangat gelisah. Aku takut dikriminalisasi oleh ayam-ayam yang lain.

Berdasarkan analisis, ayam mati karena terserang wabah virus marek's. Aku pun berternak dengan niat memelihara ayam, bukan untuk membunuh ayam.

Aku takut ..
Aku gelisah ..
/62/

Sepotong dialong di antara riani hujan ....

"Nduk, sliramu kok yo gelem-geleme karo aku? Sliramu rak yo ngerti to nduk, nek masa depanku ki durung cetho"

"Kabeh mau mergo kula tresna mas, pancen masa depane dereng cetha, nanging usahane mas nyoto. Luwih-luwih, kula milih mas mergo sing liyane soyo ora cetho mas"