/42/
Mental Blocking: Hambatan dalam Mendapatkan Jodoh
Salah satu faktor penghambat dalam mencari/
mendapatkan jodoh adalah "mental blocking". Mental blocking merupakan
sistim di dalam hati dan pikiran (alam bawah sadar) yang menutup dan
merintangi jalan untuk mendapatkan jodoh bagi seseorang. Mental blocking
di antaranya adalah:
1. Tidak akan berumah tangga sebelum mapan
2. Tidak akan berumah tangga sebelum menyelesaikan studi
3. Ingin fokus membiayai adik-adik dan keluarga terlebih dahulu
4. Adanya trauma masa lalu atau dari fenomena sekitar
5. Cemas dan khawatir meninggalkan ibu atau ayah jika telah berumah tangga nanti
6. Takut dan cemas tidak sanggup membiayai rumah tangga
7. Takut dan khawatir tidak sanggup membahagiakan keluarga
8. Khawatir tidak mendapat kebebasan dari suami seperti yang didapat selama ini
9. Takut dinilai orang lain bahwa pasangannya kurang pantas (kurang tampan/ cantik, kurang kaya dsb)
10. Mendambakan sosok yang terlalu sempurna (padahal belum tentu pantas mendapatkan yang sempurna)
11. Menghormati kakak yang belum menemukan jodohnya
*NB: Hal-hal tersebut hanya sebagian faktor, mungkin masih banyak faktor-faktor yang lain.
Kamis, 07 Maret 2013
Minggu, 03 Maret 2013
PNS: Pegawai Nonton Sepakbola
/41/
PNS: Pegawai Nonton Sepakbola
Di
Bantul baru-baru ini muncul pemberitaan tentang wacana "PNS beli tiket
Rp15.000,00 untuk bantu PERSIBA". Wacana ini muncul karena persiba pada
tahun-tahun sebelumnya "ber-Plat merah" untuk mengarungi kompetisi.
Namun, adanya aturan terbaru membuat hal itu tidak mungkin lagi
dilakukan.
PNS: Pegawai Nonton Sepakbola
Di
Bantul baru-baru ini muncul pemberitaan tentang wacana "PNS beli tiket
Rp15.000,00 untuk bantu PERSIBA". Wacana ini muncul karena persiba pada
tahun-tahun sebelumnya "ber-Plat merah" untuk mengarungi kompetisi.
Namun, adanya aturan terbaru membuat hal itu tidak mungkin lagi
dilakukan.
Nah, sekarang kembali lagi ke wacana di atas. Kita
berandai-andai. Jumlah PNS di Bantul ada lebih dari 13.000 orang. Jika
13.000 x Rp15.000,00 = Rp195.000.000,00. Jumlah tersebut estimasi untuk
satu kali pembelian tiket. Sekarang, bisa dibayangkan seandainya di
setiap bulan PNS diharuskan membeli tiket, tentu jumlahnya "wow".
Kemudian muncul dipikiran saya "sayangnya langkah yang sangat cerdas itu
untuk membiayai klub sepak bola yang pengaruh dan manfaatnya tidak bisa
dinikmati semua kalangan masyarakat. Seandainya saja, kebijakan itu
dialihkan untuk kepentingan mensejahterakan masyarakat misalnya
pendidikan, kesehatan, dan membangun sarana serta fasilitas publik".
Akhir kata, saya juga penggemar bola dan seorang paserbumi sejati.
Terkait kebijakan tersebut, akan lebih "syahdu" apabila PNS diharuskan
membeli tiket seharga Rp10.000,00 plus Rp10.000,00 lagi untuk
mensejahteakan masyarakat secara umum sebagai bentuk tambahan pemasukan
daerah. Jadi, PNS menyumbang Rp20.000,00. Dengan demikian, kebijakan
lebih terasa seimbang. Saya yakin uang Rp20.000,00 itu tidak akan
membuat seorang PNS jatuh miskin. Lagi pula, gaji mereka juga dari
masyarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)