/17/
Pagi
ini, Kubuka perlahan tirai kamarku. Kabut mendung dan pekat malam yang
masih tersisa pun menyapa. Aroma tanah basah masih sesekali terendus. O,
semalam hujan rupanya. Nampaknya aku terlalu lelap dalam mimpiku.
Selimut bekas sprei yang bolong aku sibakkan. Aku pikir, ada baiknya
aku segera bergegas. Ya, karena ini Rabu, hari di mana Profesor
flamboyan itu siap menjejaliku dengan gugusan angka dan rumus yang sudah
kupastikan tak akan lama bersemanyam di kepalaku. Bukan aku pesimis
atau alergi, tetapi lebih karena itu semua dejavu bagiku.
Tepat 5 menit aku mandi, 5 menit pula aku bersolek. Setelah merasa cukup
tampan, aku pun siap berangkat menikmati kuliah Profesor. Tidak lupa
segelas air putih aku teguk sebagai bentuk sarapan yang menyegarkan.
Dan, 25 menit aku menembus padatnya jalan jogja yang mulai ruwet bak
ibu kota. Sampai kelas juga ternyata. Benar saja, aku telat. Rupanya
Profesor itu sudah mulai bekerja. Penjelasannya masih seperti dulu. Sama
bahkan serupa. Bukan lagi sekadar dejavu, melainkan persis yang
terulang. Namun, aku tetap menikmati, terlebih kini Profesor tampak
lebih tampan. Kumis tipis nan jarang yang aku jumpai 2 tahun lalu, kini
bersih. Aku pun mulai mengagumi. Ya, kagum. Profesor mampu menjelaskan
deretan angka dan rumus selama 2,5 jam penuh dg baik. Sementara aku,
terkadang mengajar 1,5 jam saja sudah kehabisan kosa kata. Aku ingin
sepertimu Prof, setidaknya rajin dan disiplinmu yang kutiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar