Rabu, 17 Oktober 2012

/17/
Pagi ini, Kubuka perlahan tirai kamarku. Kabut mendung dan pekat malam yang masih tersisa pun menyapa. Aroma tanah basah masih sesekali terendus. O, semalam hujan rupanya. Nampaknya aku terlalu lelap dalam mimpiku.

Selimut bekas sprei yang bolong aku sibakkan. Aku pikir, ada baiknya aku segera bergegas. Ya, karena ini Rabu, hari di mana Profesor flamboyan itu siap menjejaliku dengan gugusan angka dan rumus yang sudah kupastikan tak akan lama bersemanyam di kepalaku. Bukan aku pesimis atau alergi, tetapi lebih karena itu semua dejavu bagiku.

Tepat 5 menit aku mandi, 5 menit pula aku bersolek. Setelah merasa cukup tampan, aku pun siap berangkat menikmati kuliah Profesor. Tidak lupa segelas air putih aku teguk sebagai bentuk sarapan yang menyegarkan.

Dan, 25 menit aku menembus padatnya jalan jogja yang mulai ruwet bak ibu kota. Sampai kelas juga ternyata. Benar saja, aku telat. Rupanya Profesor itu sudah mulai bekerja. Penjelasannya masih seperti dulu. Sama bahkan serupa. Bukan lagi sekadar dejavu, melainkan persis yang terulang. Namun, aku tetap menikmati, terlebih kini Profesor tampak lebih tampan. Kumis tipis nan jarang yang aku jumpai 2 tahun lalu, kini bersih. Aku pun mulai mengagumi. Ya, kagum. Profesor mampu menjelaskan deretan angka dan rumus selama 2,5 jam penuh dg baik. Sementara aku, terkadang mengajar 1,5 jam saja sudah kehabisan kosa kata. Aku ingin sepertimu Prof, setidaknya rajin dan disiplinmu yang kutiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar