Selasa, 11 Juni 2013

APA YANG DIMAKSUD INTEGRASI BAHASA, PIDGIN, KREOL, DAN DIGLOSIA?

/54/

APA YANG DIMAKSUD INTEGRASI BAHASA, PIDGIN, KREOL, DAN DIGLOSIA?
Oleh Rahmat Hidayat, S.Pd.
A.           Integrasi Bahasa
Mackey (dalam Abdul Chaer:128) mendefinisikan integrasi sebagai unsur-unsur lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut (tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan). Pengintegrasian bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia bisa melalui proses penerimaan ataupun proses penyerapan. 
Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu membutuhkan waktu dan tahap yang cukup lama. Proses integrasi ini biasanya diawali ketika suatu bahasa tidak memiliki padanan kata yang ada di dalam bahasa lain tersebut atau bisa saja ada padanannya namun tidak diketahui. Keadaan itu akan berdampak pada proses peminjaman bahasa dari bahasa lain/bahasa asing. Apabila unsur pinjaman tersebut sudah bersifat umum atau bisa diterima, dan dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat maka barulah bahasa tersebut bisa dikatakan sudah terintegrasi dengan bahasa yang dimasukinya.
Proses penerimaan unsur bahasa asing, khususnya unsur kosakata dalam bahasa Indonesia lebih banyak terjadi melalui proses mendengar atau audial. Apa yang didengar maka itulah yang akan diujarkan atau dituliskan sehingga seringkali menimbulkan ketidakteraturan. Contohnya kata horloge menjadi arloji, dan kata appel menjadi apel, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat dari konteks penyerapan bahasa maka proses pengintegrasian bahasa menurut Abdul Chaer dan Leoni Agustina (2010: 129) bisa melalui dua proses, yakni:
1.                  penerjemahan langsung, maksudnya kosakata tersebut dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya airport menjadi bandar udara, joint venture menjadi usaha patungan, balance budget menjadi anggaran berimbang, dan lain sebagainya.
2.                  penerjemahan konsep, maksudnya konsep bahasa asing tersebut diteliti dengan seksama kemudian dicarikan padanan konsepnya yang paling dekat dalam bahasa Indonesia. Misalnya, begroting post menjadi mata anggaran, network menjadi jaringan, brother in law menjadi ipar laki-laki, dan lain sebagainya.

B.       Pidgin

Pidgin dan kreol tidak dianggap sebagai suatu bahasa  utuh yang ‘pantas’ , dianggap tidak memiliki tata bahasa dan struktur, hanyalah merupakan sebuah penyimpangan individual oleh para penutur yang tidak memiliki gengsi. Kasarnya, bahasa pidgin umumnya diartikan sebagai simplifikasi bahasa dimana kosakatanya kebanyakan berasal dari bahasa lain, tetapi tatabahasanya sangat  berbeda. Pidgin dibentuk ketika para penutur oleh sebuah bahasa melakukan hubungan dagang dengan penutur bahasa lain, atau bekerja pada perkebunan yang diurus oleh penutur bahasa lain dan tidak mengerti bahasa lawan tuturnya.
Pidgin merupakan sebuah bahasa yang tidak memiliki  penutur asli (native speaker). Pidgin berkembang sebagai alat komunikasi antara orang-orang yang tidak memiliki bahasa yang sama. Pada awalnya pidgin berkembang dalam fungsi yang sempit. Mereka yang menggunakan pidgin juga memiliki bahasa lainnya juga, jadi pidgin merupakan bahasa tambahan yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti dalam perdagangan atau administrasi. Pidgin digunakan lebih sebagai fungsi referensial dibandingkan fungsi afektif. Digunakan sebagai fungsi spesifik seperti untuk membeli dan menjual padi atau kulit hewan, daripada untuk mengisyaratkan perbedaan sosial atau ungkapan kesopanan. Hasilnya, struktur pidgin biasanya tidak serumit yang dibutuhkan untuk mengungkapkan fungsinya. Tidak ada satupun yang menggunakan pidgin sebagai alat identifikasi grup atau untuk mengungkapkan jarak sosial. Jadi, tidak ada tuntutan untuk menjaga ciri-ciri berlebih referensial sebuah bahasa atau pengucapan yang rumit. Yang tujuannya untuk mengisyaratkan seberapa berpendidikannyanya seseorang.
Pidgin diciptakan dari usaha orang-orang yang memiliki bahasa yang berbeda. Hal itu karena pidgin berkembang untuk melayani fungsi jangkauan yang sangat sempit dalam domain yang terbatas, maka pengguna bahasa pidgin ini cenderung untuk menyederhanakan struktur dan menggunkaan kosakata yang sedikit. Kata-katanya umumnya tidak memiliki infleksi (perubahan pada grammar atau ucapan) untuk menandai. Contohnya dalam bahasa Inggris, kata jamak atau waktu (tenses) kata kerja tidak digunakan.
Penyederhanaan bahasa pidgin terlihat sekali pada aspek tatabahasa dan pelafalannya. Pidgin tidak memiliki gender tatabahasa pada sistem kata benda dan tidak memiliki akhir persetujuan kata benda-kata kerja. Waktu dan aspek diungkapkan dengan kata-kata yang terpisah daripada dengan akhiran. Pelafalan cenderung pada pola konsonan diikuti oleh vowel dan cluster (kelompok) lebih dari satu konsonan cenderung dihindari. Pidgin cenderung untuk mengurangi isyarat grammar. Hal ini memudahkan pembicaranya untuk belajar dan menggunakannya, walaupun hal ini memberi ‘beban lebih’ pada pendengarnya.  Pidgin bukanlah bahasa para kelas atas atau  bahasa yang bergengsi, dan bagi mereka yang tidak menggunakannya, bahasa ini terdengar menggelikan. Contohnya bahasa Tok Pisin (pidgin talk), sebuah pidgin Melanesia Inggris dari Papua New Guinea) dibawah ini:
moustache (kumis) = grass belong mouth (rumput bibir)
Ada 3 ciri-ciri bahasa pidgin :
1.      digunakan dalam fungsi dan domain yang terbatas
2.      memiliki struktur yang sederhana dibandingkan dengan bahasa sumbernya.
3.      Memiliki gengsi rendah dan menarik sikap negatif—khususnya dari orang luar.

C.      Kreol
Kreol adalah pidgin yang membutuhkan penutur asli (native-speaker). Banyak dari pidgin ini yang kemudian menjadi kreol. Bahasa ini digunakan oleh anak-anak sebagai bahasa pertama mereka dan digunakan dalam jangkauan domain yang luas. Salah satu contohnya adalah Tok Pisin  yang telah digunakan sebagai bahasa pertama oleh sejumlah besar penutur dan telah berkembang sesuai dengan kebutuhan linguistik. Selain berkembang sebagai bahasa pertama, kreol juga berbeda dari pidgin dari segi fungsi dan strukturnya.
Kreol merupakan pidgin yang telah mengalami perluasan dalam segi struktur dan kosakatanya untuk mengungkapkan makna atau fungsi yang serupa yang diperlukan oleh sebuah bahasa pertama. Kreol  muncul ketika bahasa pidgin menjadi bahasa ibu dari sebuah generaasi baru anak-anak. Misalnya ketika seorang pria dan seorang wanita yang memiliki bahasa yang berbeda menikah, keduanya tahu bahasa pidgin dan belajar bahasa pasangannya. Pidgin kemudian menjadi bahasa rumah yang digunakan bersama dan menjadi  bahasa ibu anak-anak mereka. Seting ini terjadi ketika masa bleakest (suram) perbudakan di hemisfer Barat, ketika berusaha memisahkan para budak Afrika yang memiliki bahasa asli yang sama untuk mencegah pemberontakan. Hanya ada bahasa pidgin yang tersedia sebagai bahasa umum dan bahasa ini menjadi bahasa ibu bagi para generasi baru. Contoh pidgin yang terkenal yang menjadi kreol adalah Hawaiian pidgin dan Tok Pisin (‘Talk Pidgin’) Papua New Guinea.

Dalam teori klasik kreol, kreol adalah sebuah bahasa pidgin yang diperoleh oleh penutur asli (dari keturunan penutur pidgin). Dewasa ini, muncul perdebatan ilmiah tentang hubungan pidgin yang menjadi kreol dan asalnya. Namun, para ilmuwan sepakat bahwa sebagai  bahasa ibu, kreol telah meluas pada tata bahasa dan lexikon yang dibutuhkan oleh mereka dan kreol  menjadi bahasa penuh yang reguler. Namun, karena kreol berdampingan dengan dasar-lexikon sebagai sebagai bahasa standar, resmi, seperti bahasa standar Prancis di Haiti, bahasa standar English di Jamaika, sikap bahasa terhadap kreol menjadi begitu kompleks. Walaupun merupakan bahasa rumah, intimasi dan solidaritas, bahasa kreol tidak mendapatkan ‘rasa hormat’, memiliki status sosial rendah, tak diindahkan dan seringnya keberadaannya disangkal oleh penuturnya itu sendiri.

D.      Diglosia
            Istilah diglosia pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris oleh Charles Ferguson in 1959 (bahasa prancisnya diglossie, yang mana mengisnpirasi  pembuatan uang logam Ferguson , awalnya digunakan oleh seorang linguis Prancis, Marcais). Artikel Ferguson sekarang dianggap sebagai  referensi klasik diglosia. Diglosia merupakan istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan situasi komunikasi dalam masyarakat yang membuat penggunaan pelengkap pada pertukaran sehari-hari dari dua kode yang berbeda, baik dua variasi bahasa yang berbeda ataupun dua bahasa. situasi tertentu mengisyaratkan penggunaan salah satu kode tersebut, bahasa A pada pelarangan bahasa yang lain, bahasa B, yang mana hanya dapat digunakan dalam situasi dimana bahasa pertama dilarang. Namun demikian, definisi ini meliputi banyak variasi. Walaupun ada situasi diglosia dalam sebuah mayoritas masyarakat, contohnya di Inggris Raya, ada sebuah perbedaan antara bahasa Inggris yang digunakan antara teman atau ketika berbelanja dan yang digunakan di universitas atau konferensi-konferensi publik.
Perlu ditekankan bahwa penggunaan yang lebih disukai dari istilah ini mengacu pada masyarakat dimana perbedaannya ditandai secara khusus dan sering di sokong dalam penggunaan variasinya (contohnya, bahasa standar/ patois, Katharevusa/Demotic di Yunani dan Prancis/ kreol di mayoritas area pembicaraan kreol Prancis). Umumnya, situasi diglosia ini merupakan situasi konflik bahasa dimana satu dari bahasa tersebut diistilahkan dengan variasi/ragam ‘tinggi’ bertentangan dengan yang lain yang dianggap ‘rendah’ yang mana yang pertama digunakan dalam situasi komunikasi  yang dianggap ‘ningrat’ (menulis, penggunaan formal, dll) dan yang berikutnya digunakan dalam keadaan yang lebih informal (percakapan dengan keluarga dekat dll).
Penggunaan ragam tinggi dapat ditemukan pada acara-acara seperti pidato kepresidenan, khotbah, kuliah, atau ceramah. Selain itu ragam tinggi juga bisa ditemukan dari beberapa media seperti televisi, radio, koran majalah dan lain-lain. Acara-acara yang dimaksud contohnya dapat disaksiakan atau ditemukan langsung pada saat siaran berita atau debat ilmiah, tajuk rencana dan artikel di surat kabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi situasi diglosia menurut Sumarsono (2004: 199) antara lain partisipan, suasana, dan topik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar