Selasa, 11 Juni 2013

BILINGUALISE vs MULTILINGUALISME

/56/

BILINGUALISE vs MULTILINGUALISME
Oleh Rahmat Hidayat, S.Pd.

A.   Bilingualisme dan Multilingualisme
Bahasa memiliki peran penting terhadap sekelompok masyarakat. Kondisi masyarakat yang majemuk mengakibatkan setiap kelompok masyarakat berbicara dengan bahasa berbeda. Banyak negara di dunia ini mengenal lebih dari dua macam bahasa. Misalnya, Perancis, India, Kanada, Nigeria, dan Indonesia. Ada banyak negara yang secara linguistik terpilah-pilah sehingga setiap anak menjadi dwibahasawan (bilingual) atau anekabahasawan (multilingual) (Sumarsono, 2012:164).          
Sebagai contoh berikut ilustrasi yang memberikan gambaran masyarakat dwibahasawan.
Pilar adalah anak yang dilahirkan dari latar belakang orang tua bersuku Jawa. Dalam kesehariannya, bahasa Jawa digunakannya untuk berinteraksi dengan orang tua dan tetangga. Dengan demikian, ia berbahasa ibu bahasa Jawa. Ketika bersekolah ia mulai mengenal bahasa Indonesia dan sejak itu ia mulai mahir berbahasa Indonesia.

Ilustrasi tersebut terjadi dalam konteks wilayah Indonesia. Setiap anak yang bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia berpotensi menjadi bilingual. Terlebih di Indonesia yang memiliki sejumlah bahasa daerah tertentu menyebabkan kemungkinan besar setiap orang adalah bilingual. Hal itu sesuai dengan asumsi Edward (1994:55) bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak tahu beberapa kata dalam sebuah bahasa selain bahasa ibu.
Lalu apa bilingual itu? Berdasarkan kamus Webster (1961) bilingual didefinisikan sebagai ‘memiliki atau menggunakan dua bahasa terutama karena diucapkan dengan karakteristik penutur asli, orang yang menggunakan dua bahasa terutama karena kebiasaan dan dengan kontrol. Sementara itu, Kamal K Sridhar (melalui Sandra dan Nancy, 2009:47) mengatakan bahwa istilah bilingual dan multilingual telah digunakan secara bergantian dalam literatur untuk merujuk pada pengetahuan atau penggunaan lebih dari satu bahasa oleh seorang individu atau komunitas.
Ada beberapa jenis masyarakat multilingual. Grosjean (melalui Sandra dan Nancy, 2009:48) menyebutkan dua jenis masyarakat multilingual, yaitu prinsip teritorial multilingualisme dan prinsip personalitas. Prinsip teritorial multilingualisme mengacu pada keseluruhan bangsa adalah multibahasa tetapi tidak semua individu multibahasa. Sementara prinsip personalitas menyatakan bahwa bilingualisme adalah kebijakan negara dan sebagian besar individu adalah multibahasa.

B.   Alasan Lahirnya Multilingualisme
Bagaimana sebuah masyarakat dapat menjadi multilingual? Tentu saja ada beberapa faktor yang mendasarinya. Faktor yang paling jelas menyebabkan multilingualisme masyarakat adalah migrasi (Sidhar melalui Sandra dan Nancy (2009:48). Ketika penutur bahasa menetap selama bertahun-tahun di daerah tempat bahasa lain digunakan dan terus mempertahankan bahasa mereka sendiri maka penutur tersebut menjadi multilingual.
Penyebab lain multilingualisme masyarakat adalah kontak budaya. Ketika masyarakat mengimpor dan mengasimilasi lembaga kebudayaan masyarakat lain selama bertahun-tahun, mungkin multilingualisme pun terwujud. Alasan ketiga menurut Sidhar melalui Sandra dan Nancy (2009:48) adalah aneksasi dan kolonialisme. Di samping itu, ada pula alasan lain seperti ketergantungan komersial, ilmu pengetahuan, dan teknologi dari penutur bahasa tertentu ke penutur bahasa lain.

SUMBER REFERENSI

Edward, John. 2003. Multilingualism. London: Routledge

Mckay, Sandra Lee dan Nancy H Hornberger. 2009. Sociolinguistics and Language Teaching. London: Cambridge University Press.

Mckay, Sandra Lee dan Nancy H Hornberger. 2010. Sociolinguistic and Language Education. London: Cambridge University Press.

Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar